Selasa, 01 Maret 2011

Definisi POSTMATUR



POSTMATUR

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur kehamilannya melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap.

ETIOLOGI
Etiologi postmatur yaitu karena perbedaan dalam menentukan usia kehamilan, ibu lupa akan tanggal haid terakhir, kesalahan perhitungan. Serta ada yang mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek.
Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama bila pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan hanya 1 minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali lebih besar disbandingkan kehamilan aterm.
Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitosin serta peningkatan reseptor oksitosin tetapi yang paling menjatuhkan adalah adanya produksi prostaglandin yang menyebabkan his yang  kuat. Prostaglandin dibuktikan berperan paling penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Perbedaan dalam kadar kortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta (plasenta tidak bekerja dengan baik).

Masalah Perinatal
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada usia kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 40 minggu, ini dibuktikan dengan penurunan kadar esrliol dan plasenta laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadiaan gawat janin dengan resiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pemasukan plasanta dan oksigen akan menurun disamping adanya stasme arteri spiralis (penyempitan arteri secara mendadak dan sebentar). Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dari 50% menjadi 250-1/ menit jumlah air ketuban yang berkurang mengakibatkan perubahan abnormal jantung bayi.

Masalah – masalah pada janin disebabkan oleh :
1. Kelainan pertumbuhan janin
a.  Janin besar dapat menyebabkan distosia bahu, fraktur klavikula
b. Pertumbuhan janin terhambat
2. Oligohidramnion, kelainan amnion ini menyebabkan :
a.  Gawat janin
b.  Tali pusat tertekan sehingga menyebabkan kematian janin mendadak.

Masalah pada ibu antara lain :
1.  Servik yang belum matang (70% kasus)
2.  Kecemasan ibu
3.  Persalinan traumatis akibat janin besar (20%)
4.  Angka kejadian SC meningkat karena gawat janin, distosia bahu, dan disproporsi sefalopelviks
5. Meningkatkan perdarahan pasca persalinan karena penggunaan oksitosin untuk akselerasi/induksi.

Tanda bayi posterm dapat dibagi dalam 3 stadium yaitu :
1.  Stadium I
Kulit menunjukan kehilangan verniks kasiosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan midah mengelupas.
2.   Sradium II
Gejala diatas disertai pola makan mekonium (kehijauan) pada kulit.
3.   Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Negell setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila masih ragu maka pengukuran TFU serial dengan senti meter akan memberikan informasi mengenai gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang memungkinkan yaitu:  
1.  Air ketuban yang kurang
Bila ditemukan air  ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung dan mengan dung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.
2.   Gerakan janin yang jarang
Gerakn janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali /20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/20 menit) dan dapat pula dengan USG.

PENILAIAN KLINIK
Penilaian klinik pada kehamilan psotmatur,  yaitu :
1.   Menentukan taksiran persalinan
Ini merupakan bagian terpenting dari perawatan antenatal karena akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Menentukan saat persalinan lebih tepat dan dapat dipercaya bila dilakukan pada kehamilan dini. Kemampuan ini perlu ditekankan sejak kehamilan 41 minggu (di tingkat masyarakat dan puskesmas) bila sudah masuk 42 minggu perlu dirujuk kerumah sakit kabupaten.
2.   Penilaian janin
Bila kehamilan posterm direncanakan untuk tidak segera dilahirkan pastikan bahwa janin dapat hidup terus di dalam intra uterin. Keadaan yang mendukung bahwa janin masih baik memungkinkan untuk mengambil keputusan :
a.  Menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa ditekan 3 hari sekali
b.  Melakukan induksi partus

PENCEGAHAN
Pencegahan postmatur menurut saifuddin, 2006 yaitu dilakukanya konseling antenatal yang baik, evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda – tanda berat badan tidak naik, oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa untuk konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi.

PENANGANAN
Penanganan postmatur menurut saifuddin, 2006 yaitu pengelolaan kehamilan posterm diawali dengan umur kehamilan 41 minggu, karena meningkatnya pengaruh buruk pada keadaan perinatal setelah umur kehamilan 40 minggu dan meningkatnya insidensi janin besar. Bila kehamilan >40 minggu, ibu hamil dianjurkan menghitung gerak janin selama 24 jam (tidak boleh < 10 kali) atau menghitung jumlah gerakan janin persatuan waktu dan dibandingkan (mengalami penurunan atau tidak). Pengelolaan persalinan pada penanganan postmature yaitu sebagai berikut :
1.   Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajad kematangan servik.
2.   Bila servik matang
a.   Dilakukan induksi persalinan bila tidak ada janin besar, jika janin >4000 gram, dilakukan secsio cesarea.
b.   Pemantauan intra partum  dengan mempergunakan KTG (kardiotokografi) dan dokter spesialis anak apalagi jika ditemukan mekonium mutlak.
3.   Bila servik belum matang perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri
a.   NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal, kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu dua kali.
b.   Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang vertikan atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variable pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
c.    Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif, janin perlu dilahirkan, sedangkan bila CST negative kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
d.   Keadaan servik (sekor bishop) harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien, dan kehamilan yharus diakhiri bila servik matang.

Kehamilan > 42 minggu diupayakan diakhiri. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi diabetes mellitus, pre-eklamsi, PJB (penyakit jantung bawaan), kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan servik. Tentu saja kehamilan dengan resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu. Pengelolaan intrapartum pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut:
a.   Pasien tidur miring sebelah kiri
b.   Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin.
c.   Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
d.   Perhatikan jalannya persalinan
e.   Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi,hipofolemi, hipotermi dan polisitemi.

Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekonium harus segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :
a.   Penghisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif sebelum janin lahir.
b.   Bila mekonium tampak pada pita suara, pemberian ventilasi dengan tekanan positif ditangguhkan sampai trachea telah diintubasi dan penghisapan yang cukup.
c.   Inkubasi trachea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekonium yang tebal.

Tabel 1.
Penanganan kehamilan posterm
Kriteria
Kehamilan Lewat Waktu adalah kehamilan yang umur kehamilannya >42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kategori
Kehamilan posterm tanpa kelainan
Kehamilan posterm dengan kelainan
Penilaian :
1.      Skor bishop
2.      Pemantauan janin
3.      Letak janin

a.  Skor bishop > 5
b.  Baik
c.  Normal

a.       Skor bishop < 5
b.      Ada kelainan
c.       Ada kelainan
Penanganan
Polindes
1.  Penilaian umur kehamilan                   HPHT
2.  Riwayat obstetri yang lalu                     
3.  Faktor risiko
4.  Kehamilan > 41 minggu                         (rujuk)   
Puskesmas
1.  Penilaian umur kehamilan                     HPHT
2.  Riwayat obsteri yang lalu
3.  Tinggi fundus uteri
4.  Faktor resiko
5.  Kehamilan > 41 minggu                         (rujuk)
Penanganan
Rumah sakit
1.  Penilaian ulang umur kehamilan
2.  Penilaian skor bishop
3.  Pemeriksaan fetal assessment
4.  USG
5.  NST (kalau perlu CST)

Skor bishop <5
a.       NST normal
USG oligohidramnion bayi  tidak makrosomia
induksi persalinan
b.      Deselerasi variable
induksi persalinan dengan observasi
c.       Volume amnion normal
NST non reaktif CST baik
induksi persalinan
d.      Kehamilan > 42 minggu sebaiknya diterminasi.
SC dilakukan bila ada indikasi persalinan
Skor bishop > 5
Anak tidak besar NST reaktif
Penempatan normal

Lakukan induksi
(sambil observasi)

Sabtu, 29 Januari 2011

MaCaM-MaCaM StRes

Stress, I’m in love“Siapa sih yang nggak pernah stres di dunia ini dan siapa sih yang nggak pernah merasakan jatuh cinta di dunia ini?” Saya sependapat dengan anda, pasti anda pernah merasakan apa itu rasanya stres dan apa itu rasanya jatuh cinta. Hanya saja apa hubungan antara dua hal tersebut yang mungkin dapat kita ambil manfaatnya. Banyak sekali artikel, buku, website, majalah, penelitian, teori atau apa sajalah yang membahas mengenai arti dan penjelasan stres sama banyaknya dengan pembahasan mengenai apa itu jatuh cinta. Menurut anda mana yang menyebabkan yang mana? atau mana yang disebabkan yang mana? Atau bagaimana?
Sebenarnya pada saat anda jatuh cinta, pada saat itulah anda mengalami stres. Oke, mungkin anda sedikit bingung dengan pendapat ataupun pernyataan yang saya tulis di atas. Sebelum saya menjelaskan hubungan dan arti dari pernyataan saya di atas, sebaiknya kita sama – sama mengenal apa itu stres dan apa itu cinta.

Apa itu Stres?
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut
Jatuh cinta itu merupakan stressor bagi kita, baik yang berasal dari dalam dan berasal dari luar tubuh kita. intinya pada saat kita jatuh cinta, kita mengalami stres. Hanya saja stres yang timbul pada setiap pribadi berbeda, jatuh cinta dapat menjadi eustres (stres positif) atau distres (stres negatif).

Contoh stres positif:
Pada saat kita jatuh cinta kita merasa lebih percaya diri, tertantang atau termotivasi dan membuat diri kita merasa nyaman, performa diri yang meningkat, sistem kekebalan meningkat, menjadi kuat.
Atau stres negatif Pada saat kita jatuh cinta kita merasa takut, lemah, tidak percaya diri, rendah diri, kualitas diri yang berkurang, terkadang merasa cemas yang amat sangat, bahkan dapat menimbulkan frustasi yang berkepanjangan.
Apa itu jatuh cinta?
Para ilmuwan Italia melakukan penelitian terhadap 12 pria dan 12 wanita yang jatuh cinta dalam 6 bulan terakhir.
Mereka menemukan, para pria ini memiliki kadar hormon testosteron lebih rendah ketimbang normal, sementara wanita memiliki kadar hormon lebih tinggi ketimbang biasanya.
“Dalam keadaan jatuh cinta, tubuh manusia secara alamiah seolah-olah ingin menghapuskan perbedaan antara pria dan wanita, agar hubungan bisa bertahan.”(KOMPAS, Jumat, 04 Juni 2004, 14:07 WIB).
Jatuh cinta adalah sebuah rasa yang dimiliki seseorang ketika melihat seseorang lainnya (biasanya dari jenis kelamin yang lain) yang menarik perhatiannya. Apabila kedua orang ini cocok dan menjadi pasangan, maka rasa ini juga masih ada pada permulaanrelasi
Proses jatuh cinta!?!?
Dari stressor lalu kita ke reaksi,
Nah, lalu proses apa sih yang terjadi pada diri kita? Ternyata di dalam tubuh kita mengalami proses diproduksinya beberapa zat-zat tertentu yang sedikit membius otak dan efeknya bisa disamakan dengan efek narkoba. Zat-zat tertentu ini dinamakan feromon.
Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Sedangkan feromon yang diproduksi oleh hormon pada manusia merupakan sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan oleh VMO (alat Bantu penciuman) di dalam hidung/indra pencium. Sinyal ini dihasilkan oleh jaringan kulit khusus yang terkonsentrasi di dalam lengan. Sinyal feromon ini diterima oleh VMO dan dijangkau oleh bagian otak bernama hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan hormon yang menghasilkan respons perilaku dan fisiologis.
Efeknya ialah membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin. Proses inilah yang disebut reaksi diri kita terhadap stressor.
Reaksi menimbulkan perubahan, dan pada saat kita jatuh cinta biasanya ada yang berubah dari diri kita. Perubahan (change) merupakan salah satu proses hidup yang berhubungan kuat dengan stres. Selain reaksi perubahan sistem di dalam tubuh kita, perubahan juga terjadi di luar tubuh kita seperti, perubahan pola makan, perbedaan detak jantung, pernafasan, hingga perubahan pola pikir atau mindset.
“It’s not stress that kills us,
it is our reaction to it”(Hans Selye)
Apa Hubungan Jatuh Cinta dengan Stres?
Ialah dimana kita merasakan adanya perubahan pada diri kita yang bisa mempengaruhi sistem di dalam atau di luar dari tubuh kita. Baik perubahan yang disadari ataupun perubahan yang tidak disadari, reaksi – reaksi yang muncul pada saat kita jatuh cinta termasuk juga atau hampir sama pada saat kita mengalami stres. Seperti:

• Respon otot: pada saat kita berekspresi (tersenyum, tertawa, sedih, bahagia, kaget dll.) otot – otot pada wajah kita bekerja dan bergerak sesuai dengan ekspresi apa yang kita rasakan. Pada saat kita jatuh cinta, ekspresi yang lebih sering digunakan ialah tersenyum dan bahagia.

• Respon jantung
Terasa pada saat kita merasakan degub jantung yang semkin kencang pada s aat kita bertemu atau bertatap muka dengan pasangan kita.


• Respon dari kulit
Kulit atau pori – pori merupakan salah satu media di mana feromon disebarkan. Selain itu kulit juga memproduksi cairan keringat. Terkadang kita merasa grogi dan nervous pada saat kita bertemu dengan calon pasangan kita. Perasaan ini menstimulasi hormon kelenjar keringat untuk memproduksi keringat.( Girdano, L A. 2005).

Selain perubahan biologis atau pada tubuh kita, terdapat perubahan pula pada pola makan dan pola istirahat. “hasil penelitian Helen Fisher dan kawan-kawan, ketika seseorang memandang kekasih hatinya, dopamin akan merangsang bagian ventral tegmental dan caudate nucleus di otak menyala. Dalam dosis yang tepat, dopamin menciptakan kekuatan, kegembiraan, perhatian yang terpusat, serta dorongan yang kuat untuk memberikan imbalan. Itulah sebabnya jatuh cinta dapat membuat makan tak enak, tidur tak nyenyak”.
Pada artikel yang sama, peneliti-peneliti lain menunjukkan bahwa gangguan kimiawi tubuh memang terbukti ketika seseorang jatuh cinta. Misalnya didapatkan bahwa kadar serotonin orang yang terobsesi dan kekasihnya 40 persen lebih rendah dari kadar serotonin orang normal.

Srotonin adalah hormon sangat penting dalam perkembangan otak. Kadar yang rendah hormon ini biasanya dihubungkan dengan perilaku agresif, impulsif dan tindak bunuh diri. (KOMPAS, Kamis, 17 Januari 2008 | 10:26 WIB ).Selain itu, stres juga menimbulkan kontrol emosi yang sulit dan juga menyebabkan diri kita kurang aware dengan lingkungan di sekitar kita. Kita menjadi kurang peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, istilahnya sedang ‘berbunga -bunga’, perasaan yang timbul secara spontan ini tidak dapat kita hindari atau kita sanggah. Yaitu perasaan ada saat di mana kita selalu memikirkan, membayangkan, dan bahkan bercerita mengenai diri’nya’ kepada setiap orang yang kita temui. Lalu apa yang harus kita lakukan???
Maka, “jatuh cinta’s stres symptom” begitu saya menyebutnya. Sebaiknya jangan dihindari dan jangan terlalu dinikmati, tetapi di kelola dan dimanage dengan optimal dengan cara yang benar. Seperti halnya stres, kita harus berusaha untuk mengoptimalkan stres yang disebut coping strategy.
Banyak sekali cara untuk mengelola stres ini, hanya saja kita tidak mengetahui bagaimana cara yang benar, tepat, dan bermanfaat dalam pelaksanaannya. Yang paling sederhana ialah breathing and relaxation, cara ini sebaiknya digunakan dimana pada saat kita merasa pernafasan kita mengalami perubahan dikarenakan detak jantung yang mulai berdegub kencang ketika atau akan bertemu Si Dia. latihan dibagi menjadi tiga step:
  • Breathing down
    Tentukan posisi tubuh yang nyaman, Bernafas secara perlahan, tidak terburu – buru dan membayangkan sesuatu yang bersifat menenangkan, tahan nafas beberapa saat dan mengatakan pada diri sendiri biarkan diri ini tenang, dan secara perlahan keluarkan udara dari hidung.
  • Kontrol tempo breathing
    Tempatkan jarimu pada nadi di tangan, setelah itu bernafas secara perlahan, perhatikan dan rasakan denyut nadi di tangan. Setelah itu tentukan jumlah hitungan untuk tiap menarik nafas, menahan nafas, dan membuangnya.
  • Breath counting
    Lakukan seperti controlling tempo breathing ditambah kita berkata di dalam hati “tarik…buang…tarik…buang…tarik” begitu seterusnya, secara konstan. Lakukan sepuluh hitungan di setiap stepnya. Apabila dilakukan dengan benar, perasaan cemas dan degup jantung yang keras diharapkan akan kembali normal. Ketiga cara pernafasan ini sebaiknya dilakukan pada saat kita merasa kelelahan atau ingin menenangkan debar jantung yang kencang( Girdano, L A. 2005).
Selain latihan pernafasan, alternative lainnya ialah kita berolah raga. Kenapa? Dengan berolah raga kita dapat merasakan perubahan dari segi psikis dan fisik. Kita menjadi terlihat segar dan memancarkan enegi positif, sehingga kita menjadi nyaman atas diri kita sendiri, kita dapat mengontrol emosi dan perasaan kita.
Yang terpenting ialah kita harus berpikir positif akan diri kita (self-esteem yang tinggi) dan orang lain, termasuk Si Dia. Di mana pada saat kita berbicara, kita menatap matanya dan menggunakan bahasa yang tegas dan tidak terlihat membingungkan.
Dan cara yang terakhir ialah istirahat dan tetap menjaga pola makan sekaligus nutrisinya. Kita ketahui dari penjelasan di atas bahwa pada saat kita jatuh cinta, pola makan kita berubah, mungkin perubahan yang terjadi haruslah kita ikuti tetapi jangan kita terlarut di dalamnya. Dengan berpikir positif dan jernih, kita dapat memilah antara mana kebahagiaan yang bermanfaat atau merugikan. Dengan kita megenal apa itu stres, apa itu stressor atau sember stres, apa reaksi yang kita rasakan, dan bagaimana kita dapat merngoptimalkan stres dengan coping strategy yang kita ketahui sebelumnya. Sehingga stress yang dirasakan dapat kita kelola dan kendalikan sesuai dengan kadar atau kapasitasnya terhadap psikologis dan psikis kita.
Kesimpulan
Jatuh cinta dan stres memiliki hubungan. Jatuh cinta merupakan salah satu sumber stres dengan segala gejalanya (sisi positif dan negatifnya). Stres tidak untuk dihindari tetapi dikelola dan dioptimalkan dengan cara dan waktu yang tepat. Intinya, jatuh cinta itu menyenangkan apabila kita lebih mengenal arti, akibat, penjelasan, dan maksudnya. Selamat menikmati datangnya cinta.














Vira (nama samaran), seorang siswi SMU terkemuka di kota Jakarta, sudah seminggu ini mengalami perubahan sikap pada kesehariannya. Gadis periang ini berubah menjadi seorang gadis pendiam. Perubahan yang dialami Vira sangat dirasakan oleh teman-teman mainnya di sekolah. Ia yang selama ini dijuluki sebagai TOA (alat pengeras suara), sudah sepekan ini berubah layaknya putri yang sedang dipingit. Setiap kali ada teman yang mengajaknya bermain atau hanya sekedar bergurau, pasti ditanggapinya dengan dingin. Selalu saja ada alasan dari mulutnya untuk menghindar, dengan beralasan mau menyelesaikan PR-lah, hendak belajar untuk ulangan-lah atau selalu saja ada ide kreatif keluar dari Vira hanya untuk menghindar dari teman-temannya.
Hingga akhirnya, seorang guru bimbingan konseling sekolah memanggil Vira akibat perilaku yang ia lakukan mulai berpengaruh pada perolehan nilainya. Dari konseling yang dilakukan, terungkaplah akar penyebab perubahan perilaku Vira. Dengan terisak-isak ia mulai mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya beberapa hari belakangan. Veri (nama samaran), sang arjuna yang selama ini banyak mewarnai hari-harinya ternyata kepergok memiliki pujaan hati yang lain. Akibatnya, hubungan indah yang selama ini mereka jalani harus berakhir setelah Vira memutuskan untuk menyudahinya. Setelah kejadian itu, Vira merasa seperti kehilangan semangat hidupnya. Veri yang selama ini menjadi penyemangat hidupnya, ternyata sudah mengecewakannya. Guru bimbingan konseling Vira, akhirnya menyimpulkan bahwa Vira mengalami stres akibat patah hati. Peristiwa patah hati yang dialaminya itu sangat mengganggu kegiatannya sehari-hari, bahkan membuat prestasinya menjadi turun. Hal tersebut mungkin dikarenakan coping atau cara Vira dalam menghadapi masalahnya tersebut cenderung negatif (incompetent coping), sehingga dampaknya pun menjadi negatif.

Apa itu STRES ?
Stres adalah segala perasaan yang tidak menyenangkan (unpleasure feelings). Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena adanya tekanan. Stres biasanya dikenal dengan istilah tekanan, pleasure, demand. Tekanan yang dirasakan oleh tiap individu tersebut berbeda-beda. Stres dibagi menjadi dua macam, yaitu : stres yang bersifat negatif yang dapat menganggu fungsi seseorang (distress), dan stres yang dapat berdampak positif untuk orang tersebut (eustress). Stres akan mencapai nilai optimum apabila antara tekanan atau pleasure dan coping atau cara untuk menghadapi tekanan tersebut seimbang.

Competent Coping = Relief
Broken Heart ? Stress
Noncompetent Coping = Dysfunction

Semua manusia pasti mengalami berbagai macam life events atau kejadian hidup. Life events itu sendiri sebenarnya bersifat netral. Tergantung dari bagaimana cara individu menginterpretasikan kejadian tersebut dan juga tergantung dari informasi-informasi apa saja yang individu miliki dari kejadian tersebut. Informasi-informasi tersebut nantinya akan mempengaruhi stresor jenis apa yang akan dirasakan oleh individu. Stresor tersebut dapat menjadi positif atau menjadi negatif. Apabila stresor tersebut cenderung positif, maka stres yang dialami individu tersebut dinamakan eustress. Hal tersebut dikarenakan stresor tersebut dapat berdampak positif bagi individu. Sedangkan apabila stresor tersebut cenderung negatif, maka stres yang dialami oleh individu tersebut yang dinamakan distress. Hal tersebut dikarenakan stressor tersebut dapat berdampak negatif bagi individu.
Life events dapat disebabkan oleh faktor individu atau interaksi dalam lingkungan. Kasus Vira tersebut menunjukkan bahwa kejadian yang sedang dihadapi dalam hidupnya (life event), disebabkan oleh faktor interaksi dalam lingkungan. Dalam hal ini Vira mengalami patah hati dengan pacarnya. Stres yang dialami Vira tergolong dalam distress. Hal tersebut dikarenakan, sejak Vira mengalami stres karena patah hati, semua yang dilakukannya maupun yang dihasilkannya negatif. Kejadian atau life events yang dialaminya tersebut kemudian diproses secara emosional oleh individu dan juga diinterpretasikan secara sadar. Interpretasi secara sadar tersebut dapat secara kognitif atau emosi.
Tahap selanjutnya, kejadian tersebut diinterpretasikan secara tidak sadar, biasa disebut dengan istilah subconcious appraisal. Hal tersebut terbentuk dalam diri kita secara tidak sadar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi subconcious appraisal, antara lain :
  • Hypothalamic atau Limbic Stimulation
    Berfungsi untuk mengatur reaksi emosi. Rangsangan dan sensitifikasi dari limbic system telah diimplikasikan pada berbagai macam gangguan. Seperti gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, reaksi posttraumatic, gangguan ketergantungan, dan withdrawal syndrome.
  • Feeling
    Bagaimana individu menginterpretasikan kejadian yang sedang menimpa dirinya secara emosional.
  • Memory
    Bagaimana individu menginterpretasikan kejadian yang dirasakannya. Biasanya dipengaruhi dari pengalaman yang pernah dirasakan oleh individu atau melihat pengalaman orang lain yang mengalami kejadian yang serupa.
  • Reactive Predisposition
Apabila dalam tahap ini informasi-informasi yang dimiliki terstimulasi, maka coping action mungkin dibutuhkan dalam tahap ini. Hasil dari tahapan ini adalah gerakan fisik dan emosional mempersiapkan tubuh untuk bereaksi. Sistem ini hanya untuk mempersiapkan badan dalam bereaksi dan reaksi mana yang akan digunakan nantinya, itu tergantung dari individu.


Tahap selanjutnya adalah voluntary pathway, dimana pada tahap ini adalah untuk mengkontrol persepsi, evaluasi dan pengambilan keputusan, merupakan tugas untuk voluntary action. Bagaimana individu menerima sebagian besar kejadian yang dimilikinya, tergantung dari konsep diri yang dimiliki individu, kekuatan ego yang dimilikinya, mood, temperament, bahkan faktor keturunan. Rangsangan emosi tersebut didasari oleh bagaimana pertahanan secara psikologis yang dialami dari pengalaman individu, khususnya pengalaman masa kecilnya. Hal tersebut membimbing rangasangan fisik, kemudian individu merasakan perlunya ada reaksi dari kejadian yang dialaminya.
Respon individu terhadap stimulus terdiri dari gabungan interpretasi secara sadar dan tidak sadar. Baik itu stimulus secara fisik, emosi, dan juga kognitif.

Terdapat beberapa macam respon, antara lain :
  • Immediate response
    Immediate response
    dapat menghasilkan neutral excitability, tekanan darah tinggi, bertambah tingginya kemungkinan sakit stroke, detak jantung semakin cepat, dll.
  • Delayed response
    Ingatan, pembelajaran dan kreativitas merespon untuk menghadapi stres. Selain itu meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh, meningkatkan kadar protein, lemak dan gula darah.
  • Chronic response
    Merusak kemampuan kognitif (cara berfikir), adanya kelelahan, depresi, penyakit tekanan darah tinggi dan jantung, serta menurunkan pembentukkan antibodi. Adanya ketegangan otot.

Cara kerja organ tergantung dari jenis coping yang digunakan oleh individu. Ada dua macam coping dalam menghadapi stres, antara lain : competent coping dan incompetent coping. Hasil dari competent coping dapat berupa masalah tersebut dapat terselesaikan, individu merasa lega atau puas, dan juga adanya diskripansi dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Sedangkan hasil dari incompetent coping adalah dysfunction, individu yang tidak dapat menghadapi masalahnya.

Terdapat berbagai macam sumber stres. Dalam kasus Vira, sumber stres yang dialami oleh Vira adalah adanya rasa kecewa kepada pacarnya, yang ternyata telah memiliki pujaan hati yang lain. Hal tersebut menjadi stresor bagi masalah yang sedang dihadapi oleh Vira.

Stres Psikososial
Stres psikososial adalah stres yang disebabkan karena adanya faktor luar, baik itu faktor lingkungan maupun faktor orang lain. Faktor-faktor luar tersebut dapat juga disebut dengan faktor-faktor eksternal. Terdapat lima masalah dalam stres psikososial, yaitu :
  1. Change (perubahan) Contoh : pindah rumah, ganti pacar, perubahan dalam teman kelompok.
  2. Frustrasi ? overcrowding, diskriminasi, birokrasi, faktor-faktor sosial ekonomi
    Contoh : antrian bayaran yang panjang (overcrowding), perbedaan perlakuan antar ras (diskriminasi), tidak lulus mata kuliah, batal ujian
  3. Overload ? urban, occupational, academic, domestic
    Contoh : tugas yang menumpuk.
  4. Boredom dan Loneliness
    Contoh : pisah dari keluarga, putus cinta atau patah hati, hidup sendiri di nagara lain.
  5. Dinamika hubungan antara ke empat masalah di atas.

Coping Strategies
Merupakan sebuah cara yang dapat membantu individu dalam mempertahankan cara beradaptasi secara psikososial pada saat menghadapi situasi stres. Hal tersebut menggabungkan usaha secara kognitif dan tingkah laku, untuk menekan atau mengeliminasi kondisi stres dan asosiasi emotional distress (Lazarus & Folkman, 1984; Moss & Schaefer, 1993). Coping strategies dapat juga disebut dengan cara untuk menghadapi masalah, cara untuk mengatasi masalah, cara untuk mengoptimalkan masalah yang sedang dihadapi, dll.
Dua macam General Coping Strategies, antara lain :
1. Problem-Focus
? Respon-respon pada saat adanya kejadian secara eksternal.
? Bertujuan untuk menyelesaikan masalah.
? Aktif untuk meringankan keadaan stres.
? Menghadapi masalah yang sedang dialami.

2. Emotion-Focus
? Respon-respon yang ditujukan untuk emosi yang dimiliki individu.
? Usaha-usaha untuk meregulisasi dampak emosional dari situasi stres.
? Cenderung untuk tidak menyelesaikan masalah.

Jika kita melihat kasus yang dialami oleh Vira, Vira cenderung menggunakan coping strategies secara emotion-focus. Hal tersebut dapat terlihat dari sikap Vira yang cenderung untuk tidak menyelesaikan masalah. Ia lebih suka untuk menyendiri, menjadi seorang gadis yang pemurung dan pendiam.

Selain itu, ada juga coping strategies yang lain, antara lain :
1. Active coping
Respon-respon psikologis atau tingkah laku yang bertujuan untuk mengubah sumber stres itu sendiri atau bagaimana memikirkan masalah tersebut.
2. Avoidant coping
Mengajak individu untuk beraktivitas (seperti, merokok dan meminum alkohol) atau menyendiri, yang dapat membuat individu menarik diri dari masalah yang sedang dihadapinya.




Ada dua macam sumber coping, antara lain :
? Sumber Eksternal ? uang, waktu, dukungan sosial, dan lain-lain.
? Sumber Internal ? energi, kekuatan fisik, karakteristik kepribadian, depresi, kecemasan, optimis, kekuatan ego, keyakinan diri, intelegensi, dan lain-lain.
Dapat disimpulkan bahwa life events sebenarnya bersifat netral, tergantung dari bagaimana cara individu menghadapi masalah yang dihadapinya tersebut dan juga informasi-informasi yang dimilikinya.
Dalam artikel yang ditulis oleh penulis, life events yang ada atau dibahas adalah patah hati. Patah hati adalah kejadian yang biasa dialami oleh individu yang menjalin hubungan dengan orang lain. Tidak semua kejadian patah hati dapat menyebabkan individu menjadi distres. Stres tersebut dapat berdampak positif dan juga berdampak negatif, tergantung dari bagaimana cara coping strategies yang digunakan oleh individu. Life events sebaiknya digunakan sebagai pengalaman hidup yang akan berguna bagi individu untuk di masa yang akan datang.

Dunia perkuliahan biasanya cukup identik dengan mahasiswa dan tugas-tugas kuliah. Tugas-tugas kuliah yang diberikan biasanya terdiri dari berbagai macam jenis, seperti membuat makalah, penelitian, presentasi, analisa kasus, dll. Bentuk dan cara pengerjaan tugas-tugas kuliah itu juga beragam yaitu dapat berupa tugas berkelompok atau tugas mandiri. Setiap tugas kuliah yang diberikan oleh setiap dosen memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Seharusnya dengan semakin berkembangnya teknologi, mahasiswa dapat lebih mudah untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Namun, pada kenyataannya, tidak sedikit mahasiswa yang pada akhirnya menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya sampai pada menit-menit terakhir waktu pengumpulan tugas. Di kalangan mahasiswa, mereka yang menyelesaikan tugas sampai pada detik-detik terakhir pengumpulan tugas ini dinamakan deadliners.
Dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya, para deadliners ini berpacu dengan waktu dan berusaha secepat serta sekeras mungkin untuk menyelesaikan semua tugas-tugas kuliah yang ada sebelum terlambat. Mereka tentunya merasakan kecemasan yang semakin intens serta bagaimana perut mereka terasa tidak enak atau jantung yang berdebar-debar menjelang waktu pengumpulan tugas yang semakin mendekat sampai akhirnya mereka menyelesaikan tugasnya dan menjadi lega.
Secara umum stres dapat diartikan sebagai “…feeling that’s created when we react to particular events. It’s the body’s way of rising to a challenge and preparing to meet a tough situation with focus, strength, stamina, and heightened alertness” (http://www.kidshealth.org/teen/your_mind/emotions/stres.html). Artinya, stres itu sendiri merupakan reaksi seseorang terhadap situasi tertentu yang terjadi di sekitarnya.
Ada 2 pandangan yang digunakan untuk menjelaskan stres, eustres dan distres. Berdasarkan istilah yang digunakan oleh Selye (1974), distres yaitu “damaging or unpleasant stres… a state of anxiety, fear, worry, or agitation. The core of the psychological experience is negative, painful, something to be avoided”. Sedangkan menurut Hanson (1986), eustres merupakan stres yang mendatangkan kebaikan. Sesuatu hal / kondisi yang menimbulkan stres disebut sebagai stresor.
Reaksi stres
Para deadliners jelas terlihat mengalami stres (distres) dengan deadline tugas sebagai stresor-nya. Hal ini terlihat dari reaksi mereka terhadap stres menjelang waktu pengumpulan tugas tiba (deadline tugas). Biasanya, ciri khas yang terlihat adalah para deadliners akan terlihat sibuk berkonsentrasi dan ngebut untuk cepat-cepat menyelesaikan tugas kuliahnya. Semakin dekat waktu pengumpulan tugas, mereka akan merasa cemas, jantung semakin berdebar-debar dan berkeringat dingin. Hal ini disebabkan ketika kita memberikan respon terhadap stresor, hormon adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah dalam tubuh. Hormon ini membuat jantung kita berdetak lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, ritme pernapasan dan metabolisme tubuh. Pembuluh darah terbuka lebar sehingga otot tubuh menjadi lebih tegang. Hati melepaskan glukosa untuk memberikan tenaga pada tubuh dan akhirnya keringat dihasilkan. Selain itu, reaksi gejala fisik yang timbul juga meliputi perasaan terburu-buru, cemas, perut tidak enak, sakit kepala, dan sejumlah reaksi fisik lainnya (http://www.kidshealth.org/teen/your_mind/emotions/stres.html).

Kecemasan yang dirasakan para deadliners juga dapat dikategorikan sebagai reaksi emosional terhadap stres yang dihadapi disamping reaksi-reaksi lainnya seperti ketidaksabaran, perasaan ingin menangis, kesulitan tidur, serta perubahan pola makan. Reaksi secara kognitif terhadap stresor dapat terlihat dari sulitnya para deadliners untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas, kurang dapat memperhatikan detail, kurang kreatif dan produktif, penglihatan kabur serta menjadi pelupa. Perilaku lain yang dapat terlihat oleh kita adalah perilaku para deadliners selama menyelesaikan tugas kuliah seperti cenderung ceroboh, tertawa dengan gugup, merokok, makan berlebihan atau makan terlalu sedikit, serta cenderung menjadi lebih agresif (http://holisticonline.com/stress/stress_home.htm).
Sumber stres
Tak jarang para deadliners juga begadang dengan ditemani kopi supaya mereka tidak mengantuk dan dapat terus menyelesaikan tugasnya sampai tengah malam atau pagi. Sebenarnya, begadang dapat menimbulkan stres karena ritme waktu tubuh berubah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem di dalam tubuh. Seharusnya tubuh sudah beristirahat pada jam tertentu di waktu malam namun karena begadang, tubuh dipacu untuk terus ‘bangun’ dan menyelesaikan tugas kuliah. Jika stres ini terus berlanjut, maka sistem kekebalan tubuh para deadliners menurun dan mereka akan menjadi sakit (Wortman, et al, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian dari para ahli di University of Chicago(http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/diabetes311207.htm), tidur tidak nyenyak selama tiga hari berturut-turut juga akan menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa, khususnya pada orang muda dan dewasa. Lebih lanjut dikatakan juga bahwa hal ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap diabetes.
Pola hidup begadang ini juga terkait dengan perubahan pola makan para deadliners. Ketika para deadliners begadang dan sibuk menyelesaikan tugas kuliah, secara tidak langsung makanan yang dikonsumsi tidak teratur jadwalnya. Para deadliners, misalnya, bisa makan lebih atau bahkan kurang dari 3 kali sehari atau ngemil di malam hari saat mengerjakan tugas. Jika seseorang makan tidak teratur maka akan mengganggu waktu proses metabolisme tubuh dalam mengolah, menyerap dan membuang zat sisa makanan.
Konsumsi kafein berlebihan, terutama pada kopi, juga dapat menjadi sumber stres. Seseorang yang mengkonsumsi kopi dalam jumlah yang banyak (lebih dari 250 mg kafein per hari / setara dengan 3 cangkir kopi) akan mengalami kecemasan, diare, lekas marah, denyut jantung yang tidak beraturan dan kesulitan untuk berkonsentrasi. Hal ini disebabkan karena kafein merupakan zat perangsang dan dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung dan hormon tiroid yang dapat menimbulkan kegelisahan dan dapat menyebabkan ginjal bekerja lebih keras karena bertindak sebagai diuretik (menyebabkan sering buang air kecil). Kafein menghalangi penyerapan zat besi jika dikonsumsi dengan makanan atau dalam satu jam setelah makan (http://www.familys-doctor.com/mainisuee).
Coping strategies
Setelah mengetahui sumber-sumber stres-nya, apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi deadline tugas kuliah? Langkah pertama untuk mengatasinya adalah dengan mengatur / me-manage stres yang kita alami. Cara / strategi yang digunakan untuk me-manage stres biasa dikenal dengan istilah coping strategy. Coping strategy didefinisikan sebagai “stabilizing factor that can help individuals maintain psychosocial adaptation during stresful periods. It compasses cognitive and behavioral efforts to reduce or eliminate stresful conditions and associated emotional distres” (Lazarus and Folkman, 1984; Moss and Schaefer, 1993).

Menurut Zainun Mu’tadin, SPsi., MSi. (ww.e-psikologi.com), coping strategy merupakan “suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.”
Ada 2 bentuk coping yang dikenal, problem focused coping dan emotion focused coping (Wortman, et al, 1999). Problem focused coping adalah usaha mengatasi stres dengan cara melakukan tindakan langsung yang bersifat konstruktif terhadap situasi sumber stres itu (berhubungan dengan stres yang dapat dikontrol). Emotion focused coping adalah usaha untuk mengelola emosi yang terjadi karena situasi yang dihadapi (berhubungan dengan stres yang tidak dapat dikontrol). Bentuk yang satu sama baiknya dengan bentuk yang lain, hanya tergantung siapa, kapan dan pada situasi apa kedua bentuk coping itu digunakan.
Menurut definisi di atas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi deadline tugas kuliah. Salah satunya adalah mengatur waktu dengan baik (time management). Aturlah prioritas dan jadwal sehari-hari dengan baik. Dengan menentukan prioritas maka para deadliners memahami hal-hal penting apa saja yang akan dilakukan terlebih dahulu. Dengan mengatur jadwal, maka para deadliners dapat menyusun rencana dari jauh hari sebelum deadline pengumpulan tugas mengenai apa-apa saja yang harus dikerjakan sehingga tugas tidak dibiarkan menumpuk. Selain itu, dengan jadwal yang tersusun rapi maka para deadliners bisa mengatur waktu kapan mereka mengerjakan tugas dan kapan bersantai melakukan aktivitas lainnya. Cara lainnya yaitu berusaha untuk menjalani hidup dengan lebih rileks dan bahagia. Jika kita merasa rileks maka saraf-saraf tubuh kita akan ikut rileks dan santai.